Bonjoir, people.
Di rumah gue lagi gelap nih, lagi hujan, angin gede (sampe bunga-bunga di taman gue tumbang semua!), petir menggelegar beruntun.. bikin suntuk, bete, sama takuuuuut. Nervous banget gue, bikin nggak santai aja nih.
Oh iya, diriku ingin bercerita.
Sebenernya ini cerita gue tulis di jurnal gue tadi pagi, jam 02.23 kalo nggak salah, ya. Tapi laptop gue lagi dipake bokap buat ngedit foto pake Photoshop, soalnya laptop-nya si babeh lagi rusak. Ya udah sama gue dipinjemin.
Oke? Kita mulai, yaaa...
***
Insomnia gue nggak sembuh-sembuh. Ternyata Bio-G (merek gelang kesehatan gue) emang nggak efek yah. Uuuuuuggh, duit melayang.
Karena nggak ngantuk, gue nyari kerjaan, daripada terpuruk di kasur nungguin jam lima pagi. Gue pun gambar-gambar komik, baca novel (Thirteenth Tale bagus loh!), sama dengerin musik lewat earphone.
Waktu lagu "Kid"-nya The Pretenders diputer, gue langsung inget alasan gue mendownload lagu ini. Film "17 Again". Yeah, gue tau kalo gue sering ngebahas film ini, tapi yah.. gue emang lagi suka ♥.
Gue keinget adegan waktu Mike/Mark (Zac Efron) dansa sama Scarlett (Leslie Mann) sebelum si Scar itu pergi ngedate sama si Dean, pacar barunya. Diiringin sama lagu "Kid" (acoustic), background-nya taman yang banyak lampu kelap-kelipnya, terus kompakan pake gaun sama kemeja warna hitam, dancing slowly, in romanticism.
Yeah! It's really ROMANTIC! I'm lovin it.
Kalo liat tuh jealous, kayak liat putri sama pangeran dansa di dongeng, kan. Dan gue itu cewek yang sangat, sangat, SANGAT menyukai dunia dongeng (fairytale). Gue bahkan punya julukan Queen, auhaehaehaeha. Di kelas gue bahkan ada King, Maid, Knight, Joker, Prime Minister, Duke and Duchess, Alchemist, daaaan tokoh kerajaan lainnya. I love them, my class *smooch*.
Gue tau, kalo gue itu cewek yang nggak identik sama "romantisme", karena gue itu ke tipe-tipe rebellious-have fun-chat alot-everyone knows you, jadi yah.. gue menganggap romantisme itu... cheesy. Garing. Cenderung lebay.
Tapi sekaraaaang... seperti yang udah gue ceritain di postingan sebelumnya, gue lagi seneng nonton yang cinta-cintaan, dari yang CHEESY sampe yang bikin gue bilang "Aaaaawww... so cute!" dan nyeloteh seterusnya.
So.. gue memasang earphone di telinga, memutar lagu "Collide"-nya Howie Day yang cocok buat lagu dansa slow, berpura-pura menari kesana-kemari, sambil nyanyi.
I'm quiet you know
You make a first impression
I've found I'm scared to know
I'm always on your mind
Even the best fall down sometimes
Even the stars refuse to shine
Out of the back you fall in time
I somehow find you and I collide
Waaaaaaaaaaaaaaaa!
Gue tidak bisa menahan kata-kata, "Aduuuuh.. romantis banget", "Jealous gue sama putri-putri di dongeng", "Kenapa fakta tidak seindah fiksi?! Kenapa dongeng lebih kuat dari realita?!", dan sebagainya.
Sebagai anak kecil, gue berpikir BESAR. Dan gue tidak bermain-main dengan kata "BESAR".
Gue menggunakan imajinasi gue 24 jam sehari. Mata gue bukan mata manusia biasa, mata gue memandang luas dunia gue sendiri. Di dunia gue, terserah gue, apa orang mau pake kolor di kepala, berbicara sama ayam, pokoknya gue suka, dan gue bisa tertawa. Dan kalo sedih, gue bisa menangis. Di dunia gue, gue berekspresi dengan BEBAS seBEBAS-BEBASnya.
Yap. Cukup melantur.
Terus gue menulis kayak begini di jurnal gue:
I Feel Like Dancing
Aku mau berdansa. Aku seperti terhipnotis saat mendengar alunan musik. Kakiku dihentakkan, tanganku menjentikkan jari mengikuti irama. Imajinasi mulai bermain dengan otak, mengirimkan sinyal pada mataku untuk memandang visi di dunia lain.
Seperti hantu yang transparan, aku menonton seorang putri berbalut gaun putih yang mewah, berdansa dengan pangeran berjubah hitam. Dan tidak, dia tidak memakai celana dalam labu seperti di buku dongeng klasik. Wajahnya tampan, he's a real prince charming. Mereka berdansa di lantai dansa yang luas. Megah, dengan lantai marmer dan tiang bersepuh emas.
Aku iri. Kenapa imajinasiku bisa lebih baik dari kenyataanku? Kenapa fiksi bisa lebih kuat dari fakta? Kenapa dongeng ~yang merupakan omong kosong belaka, bisa jauuuuh, jauh lebih menggoda, lebih nikmat dari realita? Realita yang berdasarkan fakta, bukti-bukti konsisten dan kedudukan Tuhan yang permanen? Oh. Hidup tidak adil, memang. Tidak dan tidak akan pernah adil.
Lupakan rasa iri, dan fakta bahwa hidup tidak adil. Aku harus berdansa. I'm gonna make my way by dancing. We have to Dance, Dance to Revolution.
And so... My ears are clogged by my white earphone, playing "Belle of The Boulevard" by The Dashboard Confessionals. Yeah.. Life is always hard, for the Belle of The Boulevard...
And now, because of songs, melodies, and dance steps. I feel like dancing. Dancing my way to REVOLUTION.
Gyahahahaha. Pengen ketawa gue bacanya.
Tapi gue serius lho. Gue harus berdansa menuju revolusi gue. Nice and easy, step-by-step to success, kayak berdansa. Kalo terburu-buru gerakannya bisa melenceng dan hancur, dan kita harus bertahap menguasainya kan? Jadi, let's dance to revolution!
Notifications!
29/04/2010, Thursday.
Semoga kita selalu menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan..
Semoga kita selalu menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan..
Sunday, January 10, 2010
I Feel Like Dancing (in Romanticism)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment